Dalam era Globalisasi saat ini, Negara-negara
dituntut untuk dapat mempersiapkan generasi-generasi yang siap bersaing dalam
persaingan yang ketat antar Negara-negara. Negara yang menang, adalah Negara
yang kuat dan dapat bertahan dalam persaingan dan Negara yang dapat bersaing
adalah Negara yang kuat dan Negara yang kuat adalah Negara yang memiliki
generasi penerus yang terus meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya. Semua
dapat diawali dengan mempersiapkan anak-anak dalam memaksimalkan perkembangn
mereka . Dalam mempersiapkan seorang anak cemerlang yang siap bersaing dengan
persaingan global, dibutuhkan perhatian lebih terhadap perkembangan kognitif,
emosi, motorik, social-moral dan bahasa. Pengembangan kelima aspek perkembangan
tersebut dapat dimaksimalkan melalui serangkaian permainan yang telah kita
kenal seperti permainan Ular Tangga. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan
halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk
daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.
Berikut kajian Lima aspek perkembangan anak dalam permainan Ular Tangga.
Pekembangan Kognitif
Kemampuan kognitif seorang anak akan
mempengaruhi kondisi emosi anak tersebut. Kemampuan kognitif dalam hal ini
adalah kemampuan memaknai suatu peristiwa dan menimbulka kondisi emosi yang
berbeda-beda. Dalam permainan Ular Tangga perkembangan kognitif berkembang pada
tahap Operational concrete dimana anak belajar menghitung dadu-dadu yang dilempar,
kemudian mengaplikasikan hitungan tersebut dalam langkah pion-pionnya. Selain
itu anak mulai mengembangkan pemahaman mengenai objek seperti ular dalam petak
permainan dipahami sebagai pertanda buruk dimana ular akan membuat anak jauh
terlempar setelah melakukan perjalanan yang panjang kembali ke tempat yang
telah dilewati sebelumnya, dan tangga dipahami sebagai pertanda baik atau
hadiah, dimana ketika anak melihat tangga ia akan mengerti bahwa ia akan jauh
melangkah lebih cepat menuju finish. Secara tidak langsung anak telah
mengembangkan kemampuan imajinasi dan pemahaman simbulisasi serta kemampuan
hitung mereka melalui permainan ini. Dalam permainan ini juga ditentukan jalan
yang harus dilalui dengan urutan 1—100 sehingga anak lebih banyak belajar dan
mengembangkan konsep angka. Selain itu, berkembang pula konsep-konsep dasar tentang warna, ukuran, bentuk, arah, besaran, dan sebagainya melalui
attribut permainan. Konsep dasar ini akan lebih mudah diperoleh anak melalui
kegiatan bermain.
Perkembangan Emosi
Di dalam bermain anak
memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan
pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan
anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengemabngkan dirinya
sendiri. Dalam permainan seperti Ular Tangga juga anak akan mendapatkan
kepuasan dalam bermain dan berkesempatan mengeksperesikan apa yang ia rasakan.
Kondisi emosional anak dalam permainan ini dilatih melalui kesabaran menunggu
giliran jalan. Selain itu, anak juga diajarkan bersabar menerima kekecewaan
yang daialaminya ketika menemui ular dalam permainan, karena usahanya untuk
mencapai finish harus terhambat akibat ular. Bukan hanya kekecewaan yang
diperkenalkan tetapi juga rasa puas ketika mendapat atau menemui tangga.
Perkembangan Motorik
Dalam permainan Ular Tangga kemampuan motorik
yang berkembang secara umum adalah keterampilan motorik kasar seperti
menggenggam, meraih pion-pion dan menggerakkannya kearah yang ditentukan. Dalam
permainan ini koordinasi kognitif—motorik banyak dilatih. Misalnya saja gerakan
menuju posisi yang ditentukan banyak ditentukan kemampuan kognitif seorang
anak. Selama ia menggerakkan pion-pionnya ia akan benyak berhitung, sehingga
saraf sensoris—motorik sangat banyak terlatih dalam permainan ini.
Perkembangan Sosial-moral
Perkembangan social yang paling umum adalah
bahwa anak akan menemui banyak anak yang berbeda dan akan berusaha beradptasi
dengan kondisi anak lain dan mengembangkan sikap pertemanan. Dalam bermain Ular
Tangga ada serangkaian aturan yang harus dipatuhi dalam bermain seperti sebelum
jalan, sebelum jalan anak harus mengocok dadu terlebih dahulu. Adapula aturan
lain seperti jika menemukan tangga ia akan naik dan jika menemukan ular ia
harus turun. Disinilah anak dilatih untuk bermain jujur dan tidak curang. Jika
menemukan menemukan ular, sebaiknya anak melakukan instruksi tanpa harus
meakukan kecurangan-kecurangan lagi. Hal-hal kecil seperti aturan bermain ini
akan membantu mendisiplinkan anak. Selain itu dalam petak-petak Ular tangga
juga terdapat sekumpulan tindakan-tindakan yang memiliki efek positif dan
negatif. Seperti pada Ular, jika berada pada petak ular erarti seorang anak
melakukan pelanggaran dan pelanggaran tersebut dengan jelas ditulis pada patak
ular tersebut. Akibat dari pelanggaran tersebut maka anak akan mendapat hukuman
untuk mundur beberapa petak dalam permainan. Semakin besar pelanggaran yang ter
tulis dalam petak maka semakin jauh pula anak meninggalkan petak permainan.
Jadi jelas dalam permainan ini juga berlaku norma-norma yang disosialisasikan
dengan cara yang mudah dipahami anak. Sebagai contoh, dalam petak ular misalnya
tertulis “Mengambil Barang Teman” maka akan mendapat sanksi misalnya “Dicubit
Ibu Guru” kemudian anak akan meninggalkan petak tersebut, turun ke petak yang
sebelumnya dilewati anak sebagai bentuk hukuman. Demikian pula sebaliknya pada
tangga, jika berada pada petak tangga, anak akan melihat suatu tindakan mulia
yang tertulis dan kemudian akan mendapatkan penghargaan dari apa yang
dilakukannya. Misalnya “Membantu Orang Tua” akan mendapat penghargaan “Mendapat
mainan Baru” maka anak akan melangkah ke petak selanjutnya lebih cepat untuk
mencapai finish sebagai bentuk hadiah. Tanpa disadari, permainan Ular Tangga telah
membentuk Perilaku anak melalui Conditionong dengan Prinsip Reward dan
punishment.
Perkembangan Bahasa
Dalam permainan
anak akan banyak berinteraksi dengan lawan mainnya. Dalam berinteraksi, anak
akan banyak menyerap kata-kata yang dikeluarkan oleh temannya dan akan menyusun
kalimat-kalimat tersebut saat kejadian-kejadian tertentu muncul. Bahasa yang
baik dalam bermain akan banyak membantu anak untuk mengumpulkan dalam
perbendaharaan kata mereka kata-kata yang baik dan benar yang dapat mendukung
komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Komunikasi yang baik dalam bermain
akan membantu anak untuk mengimitasi bentuk komunikasi yang baik di masa yang
akan datang.
Yang perlu diperhatikan dalam bermain adalah
bahwa orang tua harus ikut turut campurtangan dalam mengawasi permainan anak
agar dalam bermain anak lebih terarah dan dapat mencapai tujuan perkembangan
yang diharapkan.
Tinjauan
Psikologis
1.
ALIRAN PSIKOANALISIS
A.
SIGMUND
FREUD (1856-1939)
Menurut Freud, Mind pada dasarnya
dibagi atas kesadaran (conscious) dan ketidaksadaran (unconscious) serta ada
pula Prasadar (preunconscious). Manusia berperilaku karena insting seksual (tidak sadar/unconcious) yang bersumber dari
Pleasure atau libido.
kesadaran (conscious), Prasadar
(preunconscious), dan ketidaksadaran (unconscious)
Dianalogikan sebagai “Gunung Es”.
Unconscious merupakan bagian terpenting dari Mind yang paling sedikit dapat
diakses dan merupakan tempat menentukan kekuatan kepribadian. Di sana memori
yang telah di repress dari kehidupan awal, sumber kekuatan fisik, dan insting.
Preunconscious merupakan jembatan yang memisahkan antara conscious dan
unconscious. Di sana dimuat memori dan ide-ide yang dapat selalu siap di recall
(ingat). Conscious sendiri hanya berisi sebagian kecil dari Mind, pikiran yang
mana seseorang sadar atas setiap momen yang diberikan.
Struktur kepribadian menurut
Freud :
-
ID,
merupakan struktur kepribadian paling mendasar dari kepribadian. Merupakan
bagian dari ketidaksadaran yang menuntut kepuasan untuk diwujudkan
-
EGO (asas
kenyataan), merupakan pengembangan dari Id, dan mengontrol kesadaran . Ego
menunjukkan aktivitas psikologis, serta mengontrol antara permintaan ID dan
SUPEREGO.
-
SUPEREGO
(asas moralitas), merupakan kesadaran tertinggi manusia yang terbagi kedalam
dua subsistem yaitu Batiniah (conscience) yang terdiri atas hal yang salah dan
hal yang tidak boleh dilakukan, dan
Ego-Ideal yang terdiri atas hal yang benar dan besar.
Tahapan perkembangan Psikoseksual :
-
Fase Oral (
0 - 18 bulan ): Area pusat Kenikmatan Terletak di mulut
-
Fase Anal
(18 bulan – 3.5 tahun) : Area pusat kenikmatan terletak di Anus
-
Fase Phalic
( 3 – 5 tahun) : Area pusat kenikmatan terletak pada alat kelamin (genital)
serta berkembangnya Oedipus kompleks dan electra kompleks
-
Fase Laten
(5/ 6 tahun – 12/13 tahun) : Mulai tertarik kepada lawan Jenis
-
Fase Genital
( masa Dewasa) : Menjalin hubungan cinta dan pernikahan hingga pada keintiman
hubungan seksual.
2.
PERKEMBANGAN
KOGNITIF
JEAN PIGET
(1896—1980)
Tahapan
Perkembangan Kognitif
a. Tahap
Sensorimotor (0-2 tahun)
Proses
paling awal dalam hidup, anak belum memiliki konsep mengenai objek, tetapi
selama dua tahun pertama hal tersebut mulai berkembang.konsep mengenai
objek dan tempat dihasilkan dari
aktvitas penyesuaian dengan dunia. Melalui penyesuaian ini, anak
mengakomodasikan dirinya kepada dunia. Anak merubah dirinya menyesuaikan dengan
lingkungan. Kognitif berkembang melalui eksplor terhaap dunia melalui persepsi
sensori dan keterampilan motorik. Merupakan tahap awal kekurangan permanen
objek (memahami benda terus ada bahkan ketika tidak terlihat, terdengar atau
pergi).
b. Tahap
Preopersional (2-7 tahun)
Pada
periode ini pemikiran logis relative mulai terorganisir. Anak pada fase ini
sering bertentangan dengan dirinya sendiri tetapi tidak terganggu dengan
pertentangan tersebut. Diikuti dengan perbedaan sudut pandang yang beragam dari
anak ke anak. Kemampuan bahasa dan simbolis meningkat , apa yang dilihat dan
dirasakan diungkapkan melalui symbol-simbol (bahasa). pada masa ini sifat
Egosentrisme terbentuk di mana anak tidak mampu membedakan sudut pandangnya
dengan orang lain terhadap sesuatu, semua hal terpusat pada diri si anak, anak
menganggap apa yang dirasakannya juga dirasakan orang lain. Selain itu
berkembang pula Animisme dimana anak percaya bahwa semua benda hidup dan
memiliki maksud, kesadaran dan perasaan.
c. Tahap operasional konkret (7-12 tahun)
Pada
tahap ini, konsep nyata mengenai alam terbentuk. Anak dapat memahami secara
detil mengenai atribut-atribut dari objek, dan objek yang sama dimasukkan
kedalam lebih dari satu kelas. Anak memahami objek secara konkret dan memahami
konsep reversibility dan conservation. Conservation adalah kemampuan untuk
mengakui bahwa ukuran kuantitas, berat, atau volume tetap meskipun berubah
dalam ukuran, panjang atau posisi.
Tahapan ini
adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
ü Pengurutan—kemampuan
untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya,
bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling tinggi ke yang paling rendah.
ü Klasifikasi—kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
ü Decentering—anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
ü Reversibility—anak mulai
memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
ü Konservasi—memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di
gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
ü Penghilangan
sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan
saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan
komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci,
setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau
anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
d. Tahap
Operational Formal (12 tahun-dewasa awal)
Pada
masa ini anak dapat menyetujui sesuatu yang abstrak menjadi lebih nyata dan
pemikiran tentang sesuatu dapat terbentuk. Anak dapat memberi alasan tentang
situasi yang nyata dan khayalan. Pada masa ini konsentrasi terhadap pemikiran
merupakan karakter utama. Berkembang pula kemampuan untuk memprtimbangkan
sesuatu.
VYGOTSKY (1896—1934)
Vygotsky mengemukakan teori sosiokultural kognitif
dalam perkembangan. Ia tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa
anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran realitas batinnya
sendiri. Tahapan-tahapan
dalam perkembangan vagotsky menerima tahap-tahap perkembangan Piaget, namun menolak
penekanan pada rangkaian yang ditetapkan secara genetik. Piaget meyakini bahwa
perkembangan mendahului pembelajaran, sedangkan Vgotsky meyakini bahwa
pembelajaran mendahului perkembangan.
Zona perkembangan Proximal
Zona
perkembangan Proximal merupakan istilah yang dikemukakan Vygotsky terhadap
jarak tugas yang sulit bagi seorang anak untuk mahir dengan sendirinya tetapi
dapat menjadi mahir dengan panduan dan bantuan orang dewasa atau anak berbakat
lainnya. Jadi, batas terendah (lower limit) dari ZPD terletak pada level
penyelesaian masalah yang dicapai dengan bekerja sendiri. Batas tertinggi (upper limit)
terletak pada level penambahan rasa tanggung jawab, anak dapat menerima
bantuan dari instruktur yand ada. Penekanan Vygotsky terletak pada pengaruh
social, khususnya instruksi pada perkembangan kognitif anak. Jadi anak dapat
mengalami kematangan dan kemahiran tidak dilakukan sendiri oleh anak, tetapi
melalui bantuan orang lain.
Scaffolding
Scaffolding
melibatkan perubahan dan level dukungan. Melalui kursus, kemampuan seseorang
disetel dengan berbagai macam panduan untuk menuntun anak pada tingkat
penampilan saat ini. Ketika tugas belajar siswa masih baru, kemampuan lain
mungkin akan digunakan untuk memberikan instruksi langsung. Jika kompetensi
anak meningkat, panduan dikurangi.
Bahasa dan
berpikir
Anak tidak
hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi tetapi juga membantu mereka
menyelesaikan tugas-tugas. Vygotsky lebih jauh berpendapat bahwa anak kecil
menggunakan bahasa untuk merencanakan, menuntun, dan memonitor perilaku mereka.
Di sini anak menggunakan bahasa sendiri untuk aturan diri yang merupakan sifat
egocentric dan ketidakmatagan.
Vygotsky
mengatakan bahwa bahasa dan pikiran awalnya berkembang sendiri pada
masing-masing orang dan kemudian dipadukan. Dia menekankan bahwa semua fungsi
mental berasal dari luar atau social. Anak harus mampu berkomunikasi dengan
bahasa dengan orang lain sebelum mereka dapat berfokus pada pemikiran mereka
sendiri. Anak juga harus nerkmunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa
dalam waktu yang lama sacara periodik sebelum sebeum mereka dapat membuat
transisi berbicara dari luar ke dalam. Periode transisi ini terjadi antara usia
3 dan 7 tahun dan melibatkan pembicaraan
kepada diri sendiri. Setelah beberapa waktu, berbicara pada diri sendiri alam
kedua bagi anak dan mereka dapat melakukannya tanpa berbicara keras. Ketika ini
terjadi, anak telah menginternalisasi ucapan egocentric mereka dalam bentuk
inner speech, yang mana menjadi pemikiran mereka.
Strategi
Mengajar
Teori vygotsky
telah banya diterapkan para guru dengan sukses untuk mendidik. Adapun beberapa
cara teori vygotsjy yang digunakan dalam ruang kelas:
1.
Menggunakan
zona perkembangan proximal anak dalam mengajar. Mengajar dapat dimulai dengan
zona batas atas (upper limit), sehingga anak dapat meraih pencapaian dengan
bantuan dan bergerak menuju level tertinggi dari keeahlian dan pengetahuan.
2.
Mengguanakn
keahlian lain dari teman sebaya sebagai guru. Bukan orang dewasa saja yang
penting untuk mengajarkan keahlian kepada anak, tetapi dukungan dari teman
sebaya lain yang memiliki keahlian juga dapat membantu menuntun anak pada
keahlian lain.
3.
Mengawasi dan
menyarankan bahasa pribadi anak. Menyadari bahwa perubahan perkembangan dari
berbicara secara eksternal kepada berbicara pada diri sendiri ketika
menyelesaikan masalah selama usia prasekolah untuk berbicara dengan dirinya
sendiri di awal sekolah dasar.
4.
Menaksir
secara efektif ZPD anak. Vygotsky berpendapat bahwa standar uji formal bukan
cara yang baik untuk menaksir belajar anak. Vygotsky berpendapat bahwa
assessment dapat fokus menentukan zona perkembangan Proximal anak.
5.
Instruksi
tempatdalam hubungan yang bermakna. Dunia pendidikan saat ini menekankan
peningkatan pada bergerak maju dari prentasi abstrak dari suatu materi untuk
menghantarkan pelajar pada kesempatan untuk mengalami belajar yang lebih
bermakna.
6.
Transformasi
ruang kelas dengan teori Vygotsky. Zona perkembangan proximal merupakan elemen
kunci dari program ini. Mungkin anak akan membaca cerita dan kemudian
menceritakan makna cerita tersebut. Banyak aktivitas belajar mengambil tempat
dalam kelompok kecil. Semua pelajar menghabiskan waktu sekitar 20 menit setiap
pagi pada peraturan yang disebut “center one” . dalam konteks ini, scaffolding
digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak yang berhubungan dengan
kesusastraan. Instruktur menanyakan , merespon terhadap pertanyaan siswa dan
membangun ide untuk membangkitkan semangat pelajar.
3. PERKEMBANGAN BAHASA
NOAM CHOMSKY
Chomsky
pada dasarnya menentang tiga aspek pendekatan Skinner : (1) Stimulus Control,
(2) reinforcing system dan (3) response strength.
Teori utama skinner adalah : Theory Of Grammar
Chomsky,
memberikan kontribusi untuk psikologi kognitif melalui analisis tata bahasa
(grammar). Bagi Chomsky, tata bahasa merupakan suatu kumpulan aturan yang
memiliki dua fungsi.
(1).
Membedakan antara kalimat yang tertata dari rantai kata yang tidak tertata
(2).
Mengidentifikasi hubungan ketatabahasaan dalam berbagai macam kelimat.
Tata
bahasa terdiri atas kumpulan aturan-aturan yang mengadakan kalimat besar dengan jalan yang hampir sama seperti axioma
di bidang geometri yang digunakan mngkonstruksikan dalil.
4. PERKEMBANGAN MORAL
KOHLBERG
1. Tahap
Moralitas Prakonvensional
Tahap
1. Kepatuhan dan Orientasi Hukuman, Pada
tahap ini anak-anak memikirkan apa yang benar seperti yang disebut otoritas
sebagai kebenaran.
Tahap
2. Individualisme dan pertukaran,
Anak-anak tidak lagi begitu terkesan oleh satu otoritas tunggal; mereka
melihat keberadaan sisi-sisi yang berbeda setiap masalah.
2. Tahap
Moralitas Konvensional
Tahap
3. Hubungan-hubungan Antar-pribadi yang baik , menekankan pemahaman menjadi
pribadi yang baik.
Tahap
4. Memelihara tatanan sosial, kepedulian ini bergser menuju mematuhi hokum
untuk mempertahankan masyarakat secara keseluruhan.
3. Tahap
Moralitas Pasca-Konvensional
Tahap
5. Kontrak Sosial dan Hak-hak Individual, menekankan hak-hak dasar dan proses
demokratis yang memberi kesempatan setiap orang untuk mengutarakan pendapatnya.
Tahap
6. Prinsip-prinsip Universal, menentukan prinsip-prinsip dimana sebuah
kesepakatan diambil hanya jika paling adil bagi semua pihak.
5. PERKEMBANGAN EMOSIONAL
-
Emosi adalah
reaksi subjektif terhadap sesuatu yang ada di lingkungan (yang dialami oleh
individu secara kognitif, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan) yang
biasanya muncul dengan disertai oleh perubahan fisiologis dan seringkali
diekspresikan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati.
-
Senyum &
tertawa : ekspresi ini sifatnya masih relfeks pada masa bayi, dan kemunculannya
tergantung pada kondisi internal bayi (yang sampai saat ini belum dapat
diungkap oleh para peneliti). Senyum adalah tanda adanya kenikmatan yang
dirasakan oleh bayi.
-
Pada usia
3-8 minggu, senyum muncul bukan hanya karena faktor internal tapi juga karena
faktor eksternal (wajah, suara, sentuhan).
-
Semakin
bertambah usia, senyum yang ditampakkan memiliki makna yang berbeda-beda untuk
stimulus yang dijumpai.
-
Usia 3 bln,
bayi akan tersenyum pada wajah-wajah tertentu saja
-
Usia 4 bln,
bayi sudah mampu tertawa. Tertawa memiliki peranan penting dalam interaksi
antara caretaker dengan bayi. Pada usia 4-12 bulan, tertawa pada bayi
lebih disebabkan oleh adanya stimulasi visual, taktil, auditori, ataupun social-behavioral
stimuli : topeng, objek yang menghilang, meniup rambut bayi, bersiul,
berbisik, suara binatang, peak a boo, dll. Semakin bertambah usia anak,
tertawa yang terjadi lebih disebabkan karena kejadian-kejadian sosial.
Spesifik Emosi
pada Awal Kehidupan
Fear :
emosi negatif
Fear atau rasa
takut yang dimiliki anak berupa takut terhadap hal/orang asing.
- Usia 3
bln : bayi takut terhadap situasi (baik yang dikenal maupun tidak) dimana
bayi tidak mampu beradaptasi.
- Usia 4
bln : bayi masih dapat tersenyum meskipun dengan orang asing.
- Usia 5
bln : bayi sudah mampu untuk melihat orang asing dengan lebih cermat dan
membedakannya dengan orang yang sudah dikenal.
- Usia 6
bln : bayi masih mengamati orang asing dengan cermat dan mulai menampakkan
rasa takut.
- 6,5 - 9
bln : rasa takut mulai meningkat dan mulai menunjukkan rasa takut yang
sebenarnya, pada situasi/orang yang memiliki arti khusus bagi si anak
(misalnya melihat wajah yang sama sekali asing).
Rasa Takut pada Anak Usia Sekolah
-
Usia 6-8
tahun
- Takut
pada sekolah dan guru baru
- Takut
pada hal-hal khusus (misalnya binatang)
- Takut
gagal bila melakukan sesuatu
-
Usia 9-12
tahun
- Takut
nilainya jelek atau tidak lulus
- Takut
tidak punya teman
- Takut
pada kejahatan/kriminalitas
- Takut
dibilang gendut/dibilang jelek
- Takut
jika bapak dan ibu bercerai
Rasa Takut pada Anak Usia Sekolah
Sebab :
- Usia
6-8 tahun
Adalah
masa peralihan dari balita ke kanak-kanak, dari pemikiran yang penuh fantasi
menjadi pemikiran logis (anak sd). Sehingga jika menghadapi situasi baru, masih
didominasi dengan fantasi dan belum mampu mencari solusi secara logis.
Usia 9-12 tahun
Ini
adalah periode praremaja, dimana anak sudah dapat menyesuaikan diri dengan
realita di luar dirinya, sehingga sudah dapat menghadapi masalah yang ada di
lingkungan. Ketakutan mengarah pada self esteem dan self pride.
Anak sudah kenal dengan kemampuan dirinya dan takut jika tidak mampu
menyelesaikan tugas dari lingkungan sesuai dengan harapan lingkungan.
Rasa marah
-
Sudah ada
sejak bayi, hanya saja dengan kemampuan yang sangat terbatas rasa marah
diekspresikan dengan menangis/rewel
-
Pada masa
batita, kemampuan motorik dan bahasa sudah sedikit berkembang sehingga rasa
marah dapat diekspresikan dengan gerak/perilaku (menendang, membanting atau
berteriak)
-
Masa usia
prasekolah, rasa marah diungkapan melakukan perilaku buruk atau kata-kata
dengan nada yang tinggi
Emosi pada masa kanak-kanak awal
-
Menurut
Hurlock, emosi yang umumnya dimiliki oleh anak pada masa kanak-kanak awal
adalah :
- Amarah
: pertengkaran, tidak tercapainya keinginan atau serangan dari anak lain,
rasa frustrasi saat menemui hambatan fisik.
- Takut :
muncul karena bertambahnya pengetahuan anak tapi belum dapat memilah mana
yang harus ditakuti mana yang tidak.
- Cemburu
: jika anak merasa bahwa cinta dan kasih sayang orangtua beralih pada
orang lain.
- Iri
hati : berhubungan dengan kemampuan atau barang yang dimiliki oleh orang
lain.
- Sedih :
kehilangan sesuatu yang dicintai atau dianggap penting.
- Ingin
tahu : terhadap hal-hal baru, terhadap tubuh dan orang lain.
- Gembira
: karena sehat, bunyi yang tiba-tiba, bencana ringan, membohongi orang
lain atau berhasil menyelesaikan tugas yang sulit.
- Kasih
sayang : belajar mencintai orang atau binatang/benda yang menyenangkan.
Dinyatakan dengan memeluk, menepuk atau mencium objek dengan kasih sayang.
- Malu :
penarikan diri saat berhubungan dengan orang lain. Ditunjukkan dengan
menangis, memalingkan muka atau bersembunyi di belakang ibu, malas menatap
dan malas diajak bicara.
- Tidak
sabaran : karena anak belum mengerti konsep menunggu. Biasanya didukung
oleh adanya rasa capek dan lapar. Ditunjukkan dengan cara berteriak.
DAFTAR
PUSTAKA
Huffman, Karen, Mark Vernoy & Judith Vernoy. 2000.
Psychology in Action.
New
York: John Wiley & Sons, Inc.
SANTROCK,
John w.2006. Live Span Development. New York:
McGraw-Hill
Companies